OSTEOMALASIA
Osteomalasia
adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan
kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah
”soft bone” atau tulang lunak.
Penyakit ini
mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan
pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang
dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.
Penyebab penyakit ini adalah kekurangan
vitamin D, karena telah diketahui bahwa vitamin D berperan dalam penyerapan
kalsium melaluui usus. .Selain itu, keadaan gagal ginjal kronik dan renal
tubular asidosis juga dapat menyebabkan osteomalasia.
Kemungkinan terjadinya penyakit
ini harus dicurigai pada orang yang mengalami :
Penurunan
berat badan
Anoreksia
Kelemahan
otot, sehingga menyebabkan susah untuk menaiki tangga
Nyeri
tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha.
Perubahan
bentuk pada tulang punggung dan anggota gerak (lengan dan tungkai)
Pada pemeriksaan
darah, dapat terlihat kurangnya kadar vitamin D, kalsium, dan fosfat.
Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan untuk menegakkan kelainan ini adalah
foto roentgen tulang. Hasil yang dapat terlihat adalah berupa perubahan bentuk
yang nyata. Karena tulang menjadi lunak, maka dapat dijumpai garis patah tulang
di berbagai temapt seperti pada tulang iga, panggul, paha, dll.
Penyebab yang
mendasari kelainan (kekurangan vitamin D, gagal ginjal kronik, atau renal
tubular asidosis) ini mesti dikoreksi terlebih dahulu. Jika penyebabnya
kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu
selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau
200.000 IU setiap 4-6 bulan. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia),
maka dapat diobati dengan
mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D. Setelah terlaksana terapi medis yang
baik, jika masih terdapat sisa kelainan tulang yang ada, dapat dilakukan
tindakan osteotomi (pemotongan sebagian tulang) pada tulang yang masih
menunjukkan kelainan.
Osteomalasia adalah kelainan
pada tulang yang menyebabkan
tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang mudah mengalami patah tulang. Kerapuhan
tulang merupakan akibat dari penurunan asupan vitamin D atau efek
samping gagal ginjal. Osteomalasia memiliki kemiripan dengan osteoporosis dalam hal
menyebabkan tulang rapuh, namun keduanya dapat dibedakan berdasarkan penyebab
dan ciri-ciri penderitanya.
Penyebab utama terjadinya osteomalasia adalah kurangnya asupan vitamin D,fosfat, dan kalsium.Ketiga mineral merupakan zat
utama yang mendukung kepadatan tulang.
Keurangan vitamin D sendiri memiliki
beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung vitamin D, kurangnya paparan sinar matahari yang berfungsi
membantu pengolahan vitamin D di dalam tubuh, dan malabsorpsi atau
ketidakmampuan tubuh untuk menyerap vitamin D.
Osteomalasia juga dapat terjadi jika
penderita sebelumnya telah mengalami gagal ginjal. Gagal ginjal menyebabkan
ginjal tidak mampu mengaktivasi vitamin D danmengekskresikan fosfat
Skoliosis
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah
samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada)
maupun lumbal (pinggang). Sekitar 4% dari seluruh anak-anak
yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis; 40-60% diantaranya ditemukan pada
anak perempuan.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1.
Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan
dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang
menyatu
2.
Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau
kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:
- Cerebral palsy
- Distrofi otot
- Polio
- Osteoporosis juvenil
3.
Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
Gejalanya berupa:
- tulang belakang
melengkung secara abnormal ke arah samping
- bahu dan/atau
pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
- nyeri punggung
- kelelahan pada
tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
- skoliosis yang berat
(dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa menyebabkan gangguan
pernafasan.
Kebanyakan pada
punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung
bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih
tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul
kiri.
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan
sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan lainnya
yang biasa dilakukan:
· Rontgen tulang belakang
· Pengukuran
dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang
belakang)
· MRI (jika ditemukan kelainan
saraf atau kelainan pada rontgen).
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi
kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari
20?, biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus
menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan.
Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai
25-30?, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat
penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang
belakang. Brace dariMilwaukee & Boston efektif dalam
mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari
sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
Brace tidak efektif
digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler. Jika kelengkungan
mencapai 40? atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.
Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan
tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat
logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun).
Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang.
Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang.
Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang
belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang
belakang.
Kifosis
Penyakit Scheuermann adalah suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri
punggung dan adanya bonggol di punggung (kifosis).
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi
akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.
Kifosis pada masa remaja juga disebut penyakit Scheuermann.
Penyebab dari penyakit Scheuermann tidak diketahui. Penyakit ini
muncul pada masa remaja dan lebih banyak menyerang anak laki-laki.
Gejalanya berupa:
- nyeri punggung yang
menetap tetapi sifatnya ringan
- kelelahan
- nyeri bila ditekan
dan kekakuan pada tulang belakang
- punggung tampak
melengkung
- lengkung tulang
belakang bagian atas lebih besar dari normal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik
(lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf)
untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan sensasi).
Rontgen tulang
belakang dilakukan untuk mengetahui beratnya lengkungan tulang belakang.
Kasus yang ringan dan
non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan (sehingga ketegangan
pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat.
Jika kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga)
tulang belakang atau penderita tidur dengan alas tidur yang kaku/keras.
Jika keadaan semakin
memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki kelainan pada
tulang belakang.
Lordosis
Tulang belakang yang
normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya pada tulang
belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian
bawah .
Gejala yang timbul
akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling
sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan
lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan paha,
dan gangguan neuromuskuler.
Nyeri pinggang, nyeri
yang menjalar ke tungkai, dan perubahan pola buang air besar dan buang air
kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi gejala ini,
dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter.
Selain itu, gejala
lordosis juga seringkali menyerupai gejala gangguan atau deformitas tulang
belakang lainnya, atau dapat diakibatkan oleh infeksi atau cedera tulang
belakang. Untuk membedakannya dilakukan beberapa pemeriksaan seperti :
·
Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan,
serta sudutnya.
·
Magnetic resonance imaging (MRI)
·
Computed tomography scan (CT Scan)
·
Pemeriksaan darah
Tujuan pengobatan
lordosis adalah menghentikan semakin membengkoknya tulang belakang dan mencegah
deformitas (kelainan bentuk). Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab
lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika lordosis
disebabkan oleh kelainan sikap tubuh. Lordosis yang terjadi akibat gangguan
paha harus diobati bersama dengan gangguan paha tersebut
No comments:
Post a Comment