Monday, November 2, 2015

Penyakit pada tulang

OSTEOMALASIA

Osteomalasia adalah penyakit pada orang dewasa yang ditandai oleh gagalnya pendepositan kalsium kedalam tulang yang baru tumbuh. Istilah lain dari osteomalasia adalah ”soft bone” atau tulang lunak.

Penyakit ini mirip dengan rakitis, hanya saja pada penyakit ini tidak ditemukan kelainan pada lempeng epifisis (tempat pertumbuhan tulang pada anak) karena pada orang dewasa sudah tidak lagi dijumpai lempeng epifisis.

Penyebab penyakit ini adalah kekurangan vitamin D, karena telah diketahui bahwa vitamin D berperan dalam penyerapan kalsium melaluui usus. .Selain itu, keadaan gagal ginjal kronik dan renal tubular asidosis juga dapat menyebabkan osteomalasia.

Kemungkinan terjadinya penyakit ini harus dicurigai pada orang yang mengalami :
Penurunan berat badan
Anoreksia
Kelemahan otot, sehingga menyebabkan susah untuk menaiki tangga
Nyeri tulang yang dirasakan menyebar, terutama pada daerah pinggang dan paha.
Perubahan bentuk pada tulang punggung dan anggota gerak (lengan dan tungkai)

Pada pemeriksaan darah, dapat terlihat kurangnya kadar vitamin D, kalsium, dan fosfat. Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan untuk menegakkan kelainan ini adalah foto roentgen tulang. Hasil yang dapat terlihat adalah berupa perubahan bentuk yang nyata. Karena tulang menjadi lunak, maka dapat dijumpai garis patah tulang di berbagai temapt seperti pada tulang iga, panggul, paha, dll.

Penyebab yang mendasari kelainan (kekurangan vitamin D, gagal ginjal kronik, atau renal tubular asidosis) ini mesti dikoreksi terlebih dahulu. Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000 IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1.600 IU setiap hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan. Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia),
maka dapat diobati dengan mengonsumsi 1,25-dihydroxy vitamin D. Setelah terlaksana terapi medis yang baik, jika masih terdapat sisa kelainan tulang yang ada, dapat dilakukan tindakan osteotomi (pemotongan sebagian tulang) pada tulang yang masih menunjukkan kelainan.
Osteomalasia adalah kelainan pada tulang yang menyebabkan tulang menjadi lunak dan rapuh sehingga tulang mudah mengalami patah tulang. Kerapuhan tulang merupakan akibat dari penurunan asupan vitamin D atau efek samping gagal ginjal. Osteomalasia memiliki kemiripan dengan osteoporosis dalam hal menyebabkan tulang rapuh, namun keduanya dapat dibedakan berdasarkan penyebab dan ciri-ciri penderitanya.
Penyebab utama terjadinya osteomalasia adalah kurangnya asupan vitamin D,fosfat, dan kalsium.Ketiga mineral merupakan zat utama yang mendukung kepadatan tulang.
Keurangan vitamin D sendiri memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi, di antaranya kurangnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin D, kurangnya paparan sinar matahari yang berfungsi membantu pengolahan vitamin D di dalam tubuh, dan malabsorpsi atau ketidakmampuan tubuh untuk menyerap vitamin D.
Osteomalasia juga dapat terjadi jika penderita sebelumnya telah mengalami gagal ginjal. Gagal ginjal menyebabkan ginjal tidak mampu mengaktivasi vitamin D danmengekskresikan fosfat





Skoliosis

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang). Sekitar 4% dari seluruh anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis; 40-60% diantaranya ditemukan pada anak perempuan.

Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1.     Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatu
2.     Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat penyakit berikut:
Cerebral palsy
Distrofi otot
Polio
Osteoporosis juvenil
3.     Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

Gejalanya berupa:
- tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
- bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
- nyeri punggung
- kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
- skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa menyebabkan gangguan pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.
Pada pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
·  Rontgen tulang belakang
· Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang belakang)
·  MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
Pengobatan yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi kelengkungan serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20?, biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan secara teratur setiap 6 bulan.
Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30?, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dariMilwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler. Jika kelengkungan mencapai 40? atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.
Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun).
Sesudah dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang belakang.
Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.





Kifosis

Penyakit Scheuermann adalah suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri punggung dan adanya bonggol di punggung (kifosis).
Kifosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif.  Kifosis pada masa remaja juga disebut penyakit Scheuermann.

Penyebab dari penyakit Scheuermann tidak diketahui.  Penyakit ini muncul pada masa remaja dan lebih banyak menyerang anak laki-laki.

Gejalanya berupa:
- nyeri punggung yang menetap tetapi sifatnya ringan
- kelelahan
- nyeri bila ditekan dan kekakuan pada tulang belakang
- punggung tampak melengkung
- lengkung tulang belakang bagian atas lebih besar dari normal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan punggung yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui adanya kelemahan atau perubahan sensasi).


Rontgen tulang belakang dilakukan untuk mengetahui beratnya lengkungan tulang belakang.
Kasus yang ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan (sehingga ketegangan pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat.
Jika kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga) tulang belakang atau penderita tidur dengan alas tidur yang kaku/keras.
Jika keadaan semakin memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki kelainan pada tulang belakang.








Lordosis

Tulang belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya pada tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di punggung bagian bawah .
Gejala yang timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan paha, dan gangguan neuromuskuler.
Nyeri pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai, dan perubahan pola buang air besar dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi gejala ini, dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter.
Selain itu, gejala lordosis juga seringkali menyerupai gejala gangguan atau deformitas tulang belakang lainnya, atau dapat diakibatkan oleh infeksi atau cedera tulang belakang. Untuk membedakannya dilakukan beberapa pemeriksaan seperti :
·         Sinar X. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta sudutnya.
·         Magnetic resonance imaging (MRI)
·         Computed tomography scan (CT  Scan)
·         Pemeriksaan darah
Tujuan pengobatan lordosis adalah menghentikan semakin membengkoknya tulang belakang dan mencegah deformitas (kelainan bentuk). Penatalaksanaan lordosis tergantung pada penyebab lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan jika lordosis disebabkan oleh kelainan sikap tubuh. Lordosis yang terjadi akibat gangguan paha harus diobati bersama dengan gangguan paha tersebut


No comments:

Post a Comment